Kami Perlu Kamu untuk
Menjadi Kita
Keberadaan Spesialisasi Anti Korupsi (SPEAK) STAN ibarat
oase di tengah padang pasir. Di tengah gencarnya kaitan antara beberapa alumnus
almamater STAN dengan kasus tindak pidana korupsi, SPEAK STAN seolah menjadi
penyegar yang menandakan bahwa anak STAN tidak pernah diajarkan untuk korupsi. Salah
satu elemen kampus ini seolah meneriakkan bahwa sebenarnya malah ada gerakan perlawanan
terhadap segala bentuk korupsi di kampus ini.
Ketika saya masuk STAN, saat itu sedang ramai orang membicarakan
kasus Gayus. Sialnya, salah satu yang disorot karena kasus ini adalah kampus STAN
sebagai tempat Gayus pernah menimba ilmu sehingga dapat menjadi seorang pegawai
pajak. Media seolah-olah melabeli kampus ini sebagai kampus pencetak koruptor. Ketika
itu, saya (dan juga kebanyakan mahasiswa STAN lainnya) selalu dikait-kaitkan dengan
Gayus, disebut adik kelas Gayus, calon penerus Gayus, jangan jadi Gayus, dan lain-lain
oleh keluarga, kerabat, ataupun kenalan. Walaupun mungkin maksudnya bergurau, hal
ini tentunya sedikit membuat sebagian dari kami merasa tidak enak, kesal, jengah,
karena dikait-kaitkan dengan koruptor. Keberadaan SPEAK yang baru saya ketahui setelah
diterima di STAN, sedikit memberikan semacam perlawanan terhadap semua tudingan
negatif yang ditujukan ke kampus ini. Adanya komunitas anti korupsi di kampus ini
seolah ingin membuktikan bahwa semua tudingan negatif tadi salah, bahwa anak STAN
tidak pernah diajari untuk korupsi, tetapi malah memiliki suatu gerakan melawan
korupsi itu sendiri.
Keberadaan SPEAK STAN pada kenyataannya tidak melulu menjadi
kebanggaan bagi warga STAN. Saya masih melihat, mendengar, merasakan selentingan-selentingan
miring, skeptis terhadap komunitas anti korupsi ini. Bahkan dulu saya termasuk ke
dalam golongan orang-orang yang meragukan komunitas ini. Acara SPEAK yang pertama
diadakan saat saya tingkat 1, saya ikuti dengan antusias. Namun, setelah beberapa
lama berinteraksi di kampus, saya mulai skeptis dengan SPEAK. Saya merasa SPEAK
hanya dijadikan tameng dari segala tuduhan berbau korupsi di atas, SPEAK hanya bisa
sepik. Saya tidak merasakan efek dari
adanya SPEAK di kampus ini. Bahkan setelah bergabung dengan SPEAK, saya masih merasa
SPEAK belumlah sebagaimana SPEAK yang seharusnya. SPEAK masih belum maksimal.
Lantas mengapa saya bergabung dengan SPEAK? Hal ini yang ingin
saya sampaikan kepada kamu yang belum bergabung, belum selaras pikirannya dengan
kami dalam menumbuhkan semangat anti korupsi. Apakah saya dulu yang skeptis terhadap
SPEAK lebih baik daripada anggota SPEAK? Tidak. Mereka berjuang, mencoba mengobarkan
semangat anti korupsi, sementara saya hanya mencibir dan mengkritisi dari belakang.
Padahal apa yang mereka perjuangkan merupakan sesuatu yang baik, tetapi biasanya
yang skeptis ini malah suuzon duluan. Bagaimana korupsi bisa hilang jika masih
ada negative thinking terhadap penggiat
anti korupsi? Allah bagaimana persangkaan hambanya, sob. Selain itu, orang yang
berkoar-koar meneriakkan anti korupsi juga sudah diancam oleh ayat Allah, yang
disampaikan oleh tulisan Ruli Firmansyah (
http://speakstan-speakarts.blogspot.com/2012/08/67-tahun-harus-tambah-berintegritas-donk.html ). Bahkan, terkadang saya
skeptis terhadap orang yang skeptis, karena jika menggunakan definisi korupsi
yang luas saya yakin 90% lebih orang di Indonesia pernah korupsi. Jadi,
daripada saling men-skeptis-kan satu sama lain yang tak akan ada habisnya,
lebih baik kita bahu-membahu melawan korupsi. Jika semua orang melawan korupsi,
maka korupsi akan hilang.
SPEAK bukannya anti kritik. SPEAK butuh kritik yang membangun,
yang disampaikan, bukan sejenis kritik #nomention. Seperti yang saya utarakan di
atas, SPEAK belumlah maksimal. Kami butuh dukungan kamu, dorongan kamu, yang mungkin
saat ini masih apatis, yang mungkin saat ini masih skeptis, untuk bersama-sama
menebarkan semangat anti korupsi. Kami perlu kamu untuk menjadi kita, karena sesungguhnya
yang bisa mengalahkan korupsi bukanlah kami, tetapi kita.
Salam,
Muhammad Ramdhan Ibadi
No comments:
Post a Comment