Friday, 3 August 2012

Optimis Menatap Masa Depan Bangsa


Optimis Menatap Masa Depan Bangsa
oleh: Catur Sugiarto

                Kita patut bersyukur dilahirkan di Indonesia, di negeri yang luas dan kaya akan sumber alam dan budaya. Kita patut bangga menjadi warga Indonesia, di negeri lahirnya orang hebat kelas dunia seperti Soekarno, Widjojo Nitisastro dan Sri Mulyani. Kita patut berbesar hati di sini karena di negeri ini telah dilahirkan calon pemimpin besar bangsa, mereka adalah yang sadar bahwa negeri ini harus segera dimajukan, mereka adalah Kita.
                Dalam bukunya yang berjudul Asia Future Shock, Michael Backman (2008) menggambarkan kondisi Asia, tak terkecuai Indonesia. Ekonom yang berspesialisasi di bidang Asia ini menggambarkan tentang bagaimana Asia akan menjadi bagian penting dari dunia. Pada tahun 2020 Asia diprediksi akan menyumbang 43% perekonomian dunia, naik dari 35% pada tahun 2005. Namun, yang harus dicermati adalah pernyataan backman bahwa perekonomian Indonesia sudah berkurang arti pentingnya bagi perekonomian dunia dan bahkan semakin tidak penting lagi.
                Backman menyatakan bahwa upah di Indonesia rendah, tetapi gara-gara korupsi, biaya berbisnis menjadi mahal. Korupsi terjadi di mana-mana, pungli terjadi di mana-mana, terlalu ruwet mengurus segala sesuatu dan rendah transparasi. Terlalu banyak formulir yang harus diisi, yang artinya terlalu banyak peluang bagi pejabat untuk meminta suap dan terlalu banyak “fasilitator” dan “konsultan” yang harus dijejalkan dalam biaya bisnis. Salah satu masalah besar dalam melawan korupsi adalah rakyat Indonesia sendiri bersikap fleksibel terhadap korupsi, yaitu masyarakat memandang sah-sah saja pejabat memanfaatkan kedudukannya untuk memperkaya diri dan baru dianggap korupsi jika yang diambilnya adalah uang dalam jumlah besar.
                Kecelakaan  dan bencana alam yang sering terjadi adalah faktor lain yang membuat Indonesia semakin tidak penting. Namun, backman lebih menekankan pada praktik korupsi yang sering terjadi. Menurutnya, Mengurangi korupsi dan meningkatkan transparasi merupakan  tantangan untuk kunci perbaikan perekonomian Indonesia, sayangnya Indonesia tidak menunjukkan kesiapan menerima tantangan itu. Benarkah?
                Penulis rasa ada beberapa poin yang salah dengan pernyataan backman. Indonesia adalah bagian penting dari perekonomian dunia dan bahkan semakin penting. Hal ini terbukti dengan terpilihnya Indonesia sebagai ketua Asean. OECD juga memprediksi bahwa Indonesia akan memimpin pertumbuhan ekonomi di Asean selama lima tahun mendatang. Hal lain yang menunjukkan pentingnya Indonesia adalah keikutsertaannya dalam G20 dan OECD. Bahkan, Indonesia kebal terhadap krisis dunia di tahun 2008.
                Indonesia juga siap untuk mengurangi korupsi dan meningkatkan transparansi. Buktinya Corruption Perception Index (CPI) Indonesia naik dari 2,0 pada tahun 2004 menjadi 3,00 pada tahun 2011. Padahal kita tahu bahwa di tahun-tahun tersebut tejadi desentralisasi fiskal, uang negara dikuasakan kepada daerah dalam jumlah yang besar. Indonesia juga semakin transparan, dari tidak ada provinsi yang memperoleh opini WTP pada tahun 2008 menjadi 6 provinsi memperoleh WTP pada tahun 2011. Pertumbuhan CPI dan transparasi memang agak lambat, tapi perubahan kearah lebih baik itu tetaplah  ada.
                Indonesia akan menjadi penting di dunia ini dan bahkan semakin penting. Sudah saatnya semua elemen bangsa bergerak cepat untuk kemajuan, termasuk kita para pemuda. Kita harus berlari cepat dengan perencanaan yang baik karena dunia terlalu cepat berubah untuk mereka yang tanpa pernecanaan, apalagi untuk mereka yang gemar menunda-nunda.

1 comment:

  1. Kenapa korupsi?
    Karena nafsu besar tenaga kurang
    Pernah tidak berfikir dengan kata2 kuno seperti ini lagi?
    Karena tenaga kurang, nafsu secara relatif menjadi besar
    Atau sebaliknya karena nafsu terlalu besar, tenaga secara relatif menjadi kecil
    Kedua dua nya bisa terjadi sekaligus pada seseorang atau pun pada suatu bangsa

    Bagaimana dengan tenaga kurang?, yaitu daya beli kurang karena produktifitas nya kurang
    Produktifitas perorangan dan produktifitas kita sebagai sebuah bangsa relatif rendah sekali kalau dibanding negara2 maju Norwegia, Swiss dst

    Bagaimana itu?,karena produktifitas bangsa kita tidak bernilai tambah tinggi
    Produktifitas yang hanya mengeksploitasi sumber alam mentah seperti pohon di hutan ditebang dan di jual, bahkan pembelinya membawa orang sendiri dengan gergajinya, truknya,uangnya,dan kapalnya, kita terima mentah saja beberapa perak, itupun untuk beberapa orang pejabat tinggi saja dan antek2nya di republik ini
    Apalagi? you name it, fossil oil, batubara, emas, mangan,tembaga,kelapa sawit, cokelat,ikan yang dilaut nickel ya semuanya itulah.
    Kita dapet sih duit, tapi ya seginilah yang tersisa untuk rakyat
    Sementara kehidupan produksi dan konsumsi serta gaya hidup masyarakat dunia terus mengalami kemajuan yang sangat tinggi, Korea China India Malaysia Taiwan dst, dan dengan keterbukaan ekonomi bangsa2 sekarang ini, serta teknologi komunikasi dan informasi< produk dan jasa2 bernilai tambah tinggi iitu hadir serta merta didepan pintu kita.

    Bagaimana mndapatkannya??, mencuri uang negara dsb adalah jalan satu2nya

    Percayalah, tidak ada teori yang lebih hebat dari ini lagi, wanna chalenge???!!!


    ReplyDelete