Ketika Idealisme Dituntut
Mutlak
Belajar mengenal
idealisme, belajar mengenai keteguhan hati, belajar mengambil prinsip. Itulah
sebabnya mengapa idealisme itu sangat perlu dan sangat diperlukan. Idealisme
adalah kekuatan atau kepercayaan terhadap suatu ruh atau zat yang melebihi
materi, mempercayai prinsip, memiliki suatu keteguhan yang tidak akan pernah
goyah selama itu baik, benar, dan kita sanggup menjaga prinsip itu.
Hukumnya adalah wajib
bagi sesorang memiliki idealisme. “Is a
crime being an idealist?” itulah yang ditanyakan oleh Soe hok Gie tokoh
reformasi tempo dulu, apakah suatu tindakan kriminal menjadi orang yang
idealis? Tidak tentunya! Apakah suatu kesalahan yang besar? Tidak ada orang
yang perlu menyalahkan keidealismean kita. Apakah suatu kebangaan? Ya pasti,
tentu saja! Lebih baik menjadi orang yang dihina, dicaci, dimaki, daripada
harus kehilangan idealisme, bila idealisme itu hilang maka berarti mati, kita
akan menjadi manusia yang tanpa prinsip, tanpa arah, tanpa tujuan, kehilangan pegangan
hidup, dan itulah kematian hidup. Menjadi seorang yang beridealisme itu
penting, bahkan sangat penting di jaman serba edhan saat ini. Idealisme sangat
erat konteksnya dengan kejujuran. Menjadi seorang yang jujur jelas lebih baik
daripada seorang yang harus menutupi, apapun itu hal yang ditutupi. Kalau ada
anggapan bahwa menutupi suatu persoalan demi kebaikan, saya sangat
menyangsikannya, tidak ada hal dusta yang baik. Karena mencoba menutupi suatu
kesalahan atau suatu peristiwa itu bermakna kematian hati. Mencoba menutupi
suatu kesalahan adalah mati, mencoba menghilangkan fakta adalah mati, mencoba
takut mengungkapakan kebenaran adalah juga mati. Garis awal menuju kematian,
kehancuran, keterpurukan bila mencoba untuk melakukan suatu tindakan tidak berpendidikan
dengan menjadi seorang yang tidak jujur. Apalagi bila ini dilakukan oleh
mahaiswa dengan tingkat intelegensi yang rata-rata tinggi seperti mahasiswa
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, calon pegawai keuangan masa depan Republik
Indonesia. Tapi saya percaya semua mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
memiliki moral, pantang untuk berlaku tidak berpendidikan dengan menjadi
seorang yang tidak jujur.
Adalah benar suatu prinsip yang mengatakan “Lebih baik jujur, dan akan lebih baik lagi jujur di awal sebelum melakukan kesalahan.”. Berani untuk jujur, berani melawan tindakan di balik konspirasi. Memiliki mental berani, mental pemimpin yang berwibawa, karena bila nanti kita yang kelak menjadi pegawai keuangan Republik Indonsia itulah modal utama kita, kejujuran. Orang yang tidak jujur ibarat memiliki saluran kotoran di mulutnya, sedangkan orang yang jujur mulutnya serasa bau surga. Keuangan adalah tonggak utama bangsa ini berdiri, keuangan itu sangat penting keberadaannya. Ada satu guyonan yang mengatakan “Uang bukanlah segala-galanya, tapi segalanya memakai uang.”. Ya, saya rasa hal ini benar dan tidak hanya sebagai suatu guyonan belaka, karena uang sangat penting untuk pembangunan negara ini, sebagai contoh uang yang dikumpulkan dan didapatkan dari pembayaran pajak nantinya akan dianggarkan untuk kepentingan negeri ini pula. Maka tidaklah salah bila saya menganggap hal itu bukan lagi sebagai sebuah guyonan, bukan bermaksud untuk menjadi matrealis, tetapi cobalah sedikit membuka pikiran, ini adalah suatu bentuk realistisme. Keberadaan uang memang sangat penting, sama pentingnya dengan keberadaaan Depertemen Keuangan. Lulus dari sekolah kampus STAN maka adalah tugas kita untuk mengabdi kepada negara dibawah naungan departemen itu. Departemen yang konon katanya di sanalah kejujuran akan digadai dengan nafas dan hasrat akan kebendaan. Sebuah tanggung jawab besar bagi pegawai keuangan untuk menjaga amanah, cukuplah ada seorang Gayus yang merugikan negara ini, jangan sampai muncul Gayus atau sebangsanya yang lain. Menjadi seorang pegawai kuangan yang jujur sama dengan menjadi seorang yang bisa menjaga aset bangsa ini sendiri, mengamankan kekayaan negara untuk kepentingan masyarakat luas. Apa jadinya bila kita seorang pegawai keuangan yang tidak jujur, kita akan menjadi benalu, merugikan bangsa, mengganggu kestabilan ekonomi negara. Menjadi seorang yang tidak jujur ini akan semakin menambah persoalan Negara, banggakah?
Maka dari itu, yang
diperlukan oleh semua pegawai keuangan untuk menjadi jujur adalah kemauan. Mau
dan harus mampu menjadi sesorang yang jujur. Bagaimana cara kita untuk bekerja
memroporsikan bagian-bagian yang menjadi tanggung jawab, bagian-bagian yang
menjadi kepentingan umum dan kepentingan sendiri, harus kita membaginya secara
jelas harus ada letak pembedanya, tidak menyamakan semua hal sebagai satu hal
yang sama, harus ada gap antara
kepentingan kelompok dan kepentingan pribadi, dan kepentingan kelompok atau
kepentingan umum adalah di atas segala-galanya tidak untuk mengikuti ego atau
hasrat pribadi terlebih dahulu. Selain itu juga diperlukan kematangan dan
profesionalitas, bila seseorang memiliki profesionalitas maka dirinya akan
bekerja sesuai kode etik yang berlaku, sesuai kaidah, dan dengan sendirinya
kejujuran itu pasti akan tertanam dalam di dalam dirinya. Dan saya percaya
sebagai seorang yang kelak akan menjadi pegawai keuangan, kita mahasiswa STAN
pasti telah siap untuk jujur karena kejujuran, harkat, martabat, harga diri,
dan itu adalah harga mati.
Bayu
Triongko Sadewo
No comments:
Post a Comment