Wednesday, 22 August 2012

Timbangan


Timbangan

Liburanku kali ini benar-benar berbeda dari yang sebelumnya, karena ada sebuah misi yang harus sukses, misi untuk bapak. Supaya beliau tidak korupsi! Ehm, beliau bukan koruptor sungguhan yang duduk sopan penuh wibawa dan kebusukan yang rajin menyalahgunakan kekuasaan, bukan, tapi menurutku ini ya semacam korupsi juga. Sebenarnya aku benci ini, beliau yang hampir setiap hari berbusa-busa menasehatiku agar tidak korupsi, atau dulu menentangku habis-habisan untuk masuk sekolah kedinasan hanya karena takut kalau aku ketularan jadi koruptor, adalah pelaku korupsi!  Lantas apa yang dia kerjakan? Atau apa pekerjaannya? Hanya pedagang Teman, pemilik toko kelontong satu-satunya di desaku yang jauh lagi minim sinyal ini.


Sebenarnya ini hanya masalah timbangan (hanya?). Timbangan di toko bapak tidak pernah seimbang, secara kasat mata meman  seimbang, tapi kami sekeluarga tahu, itu bukan seimbang yang sebenarnya. Di bawah tempat untuk benda yang ditimbang itu ada ganjalannya yang sedikit memberatkan, jadi benda yang ditimbang pasti menjadi lebih sedikit. Kalian pasti tahu hal ini jelas dilarang, apalagi oleh agama. Keluargaku juga, aku, ibu dan kakak, tapi tidak bagi bapak. Ibu sudah sangat sering mengingatkan beliau bahkan dengan berbagai cara dari cerita nabi Syuaib sampai kuburan yang sempit,  tapi menurut bapak ini adalah hal yang dapat dimaklumi. Kakak juga sama sudah seperti kompetisi debat internasional saja jika mereka sedang berargumen, hasilnya? Seri. Aku? Tentu saja tahu ini tidak boleh, namun diam memang lebih asik, ibu yang sudah bersama bapak bahkan sebelum aku hadir saja tidak ditanggapi, apalagi aku kan?

Itu dulu, sebelum aku sadar bahwa diam saja tidak cukup. Kata orang surga itu terlalu luas untuk dihuni seorang diri. Kata penceramah terawih tempo hari kita harus memelihara diri sendiri dan keluarga dari neraka, katanya lagi itu bukan kata-katanya Sob, itu ada di kitab suci. Dengarnya pertama kali agak begidik juga, berarti selama ini kalau kita diam, belum menjaga keluarga dong ya? Maka dari itu Sob, aku berusaha untuk ini.

Terkadang ingat dongeng ibuku tentang nabi Syuaib. Salah satu dosa kaumnya adalah mengurangi timbangan, dan mereka sekarang sudah tinggal cerita. Lenyap, dimusnahkan.”... Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa mereka dengan serta-merta”, begitu cerita ibu. Setelah mendengar cerita ini aku tak berani tidur sendiri di kamar Sob, takut langit runtuh. Kenapa bapak tidak mempan dengan cerita ini? Kata beliau,”itu kan satu kaum kalau bapak kan hanya satu orang, lagi pula bapak kan beriman tidak seperti kaum nabi Syuaib.”
Menurut kalian?

Pernah aku bertanya tentang seorang tersangka kasus korupsi yang kemenakan tetangga kami. Hanya sekadar bertanya lo ya, belum menyinggung soal timbangan, malah aku yang kena ceramahnya. Panjang nan lebar, ujung-ujungnya..
“Bapak tahu, keponakannya pak lurah yang kerja di kota itu masuk penjara?”
“Ya jelas tahu, gara-gara korupsi tho?
Kamu jangan begitu ya, mentang-mentang adek kelas Gayus nanti mau jadi kayak Gayus juga, seharusnya kalian itu sebagai adek-adek kelasnya gayus yang harus berada di garda depan untuk membasmi korupsi. Korupsi itu dosa Le, mengambil hak yang bukan miliknya, hak orang lain. Kalau kamu sampai korupsi, bapak yang pertama kali melaporkanmu ke KPK. Mendingan dari dulu kamu itu sekolah di dekat sini saja tho, sambil meneruskan bisnis keluarga kita ini daripada sekolahmu sekarang yang serba ndak jelas itu.”

Agak grogi juga sebenarnya karena hampir semua cerita dan argumen selalu berhasil beliau patahkan, semoga pendekatan anti korupsi ini bisa berhasil. Menurut om Wiki dalam arti yang luas, korupsi (atau korupsi politis) adalah penyalahgunaan jabatan (resmi) untuk keuntungan pribadi. Sejauh aku bisa mengingat, bapak pernah mengatakan ini ketika berargumen dengan kakak tempo hari,”Untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya, kita harus memanfaatkan keberadaan toko kita yang saat ini hanya satu-satunya disini Ri, kita tak tahu kapan akan muncul pesaing, selagi bisa Ri”, cocok bukan dengan defenisi Om Wiki? Semoga bapak ingat kata-katanya sendiri.

Oke Teman, hari ini aku akan mencoba berbicara dengan bapak, doakan aku ya. 


Atika Rahma
Attahrim 6
Asy Syu’ara’ 176-191

No comments:

Post a Comment