Timbangan
Liburanku kali
ini benar-benar berbeda dari yang sebelumnya, karena ada sebuah misi yang harus
sukses, misi untuk bapak. Supaya beliau tidak korupsi! Ehm, beliau bukan
koruptor sungguhan yang duduk sopan penuh wibawa dan kebusukan yang rajin
menyalahgunakan kekuasaan, bukan, tapi menurutku ini ya semacam korupsi juga.
Sebenarnya aku benci ini, beliau yang hampir setiap hari berbusa-busa
menasehatiku agar tidak korupsi, atau dulu menentangku habis-habisan untuk
masuk sekolah kedinasan hanya karena takut kalau aku ketularan jadi koruptor,
adalah pelaku korupsi! Lantas apa yang
dia kerjakan? Atau apa pekerjaannya? Hanya pedagang Teman, pemilik toko kelontong
satu-satunya di desaku yang jauh lagi minim sinyal ini.
Sebenarnya ini
hanya masalah timbangan (hanya?). Timbangan di toko bapak tidak pernah
seimbang, secara kasat mata meman
seimbang, tapi kami sekeluarga tahu, itu bukan seimbang yang sebenarnya.
Di bawah tempat untuk benda yang ditimbang itu ada ganjalannya yang sedikit
memberatkan, jadi benda yang ditimbang pasti menjadi lebih sedikit. Kalian
pasti tahu hal ini jelas dilarang, apalagi oleh agama. Keluargaku juga, aku,
ibu dan kakak, tapi tidak bagi bapak. Ibu sudah sangat sering mengingatkan
beliau bahkan dengan berbagai cara dari cerita nabi Syuaib sampai kuburan yang
sempit, tapi menurut bapak ini adalah
hal yang dapat dimaklumi. Kakak juga sama sudah seperti kompetisi debat
internasional saja jika mereka sedang berargumen, hasilnya? Seri. Aku? Tentu
saja tahu ini tidak boleh, namun diam memang lebih asik, ibu yang sudah bersama
bapak bahkan sebelum aku hadir saja tidak ditanggapi, apalagi aku kan?
Itu dulu,
sebelum aku sadar bahwa diam saja tidak cukup. Kata orang surga itu terlalu
luas untuk dihuni seorang diri. Kata penceramah terawih tempo hari kita harus
memelihara diri sendiri dan keluarga dari neraka, katanya lagi itu bukan
kata-katanya Sob, itu ada di kitab suci. Dengarnya pertama kali agak begidik
juga, berarti selama ini kalau kita diam, belum menjaga keluarga dong ya? Maka dari
itu Sob, aku berusaha untuk ini.
Terkadang
ingat dongeng ibuku tentang nabi Syuaib. Salah satu dosa kaumnya adalah
mengurangi timbangan, dan mereka sekarang sudah tinggal cerita. Lenyap,
dimusnahkan.”... Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya
berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api
dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan
dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan
mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa
mereka dengan serta-merta”, begitu cerita ibu. Setelah mendengar cerita ini aku
tak berani tidur sendiri di kamar Sob, takut langit runtuh. Kenapa bapak tidak
mempan dengan cerita ini? Kata beliau,”itu kan satu kaum kalau bapak kan hanya
satu orang, lagi pula bapak kan beriman tidak seperti kaum nabi Syuaib.”
Menurut
kalian?
Pernah aku
bertanya tentang seorang tersangka kasus korupsi yang kemenakan tetangga kami.
Hanya sekadar bertanya lo ya, belum menyinggung soal timbangan, malah aku yang
kena ceramahnya. Panjang nan lebar, ujung-ujungnya..
“Bapak tahu,
keponakannya pak lurah yang kerja di kota itu masuk penjara?”
“Ya jelas
tahu, gara-gara korupsi tho?
Kamu jangan
begitu ya, mentang-mentang adek kelas Gayus nanti mau jadi kayak Gayus juga,
seharusnya kalian itu sebagai adek-adek kelasnya gayus yang harus berada di
garda depan untuk membasmi korupsi. Korupsi itu dosa Le, mengambil hak yang
bukan miliknya, hak orang lain. Kalau kamu sampai korupsi, bapak yang pertama
kali melaporkanmu ke KPK. Mendingan dari dulu kamu itu sekolah di dekat sini
saja tho, sambil meneruskan bisnis keluarga kita ini daripada sekolahmu
sekarang yang serba ndak jelas itu.”
Agak grogi
juga sebenarnya karena hampir semua cerita dan argumen selalu berhasil beliau
patahkan, semoga pendekatan anti korupsi ini bisa berhasil. Menurut om Wiki
dalam arti yang luas, korupsi (atau korupsi politis) adalah penyalahgunaan
jabatan (resmi) untuk keuntungan pribadi. Sejauh aku bisa mengingat, bapak
pernah mengatakan ini ketika berargumen dengan kakak tempo hari,”Untuk
mendapatkan untung sebesar-besarnya, kita harus memanfaatkan keberadaan toko
kita yang saat ini hanya satu-satunya disini Ri, kita tak tahu kapan akan
muncul pesaing, selagi bisa Ri”, cocok bukan dengan defenisi Om Wiki? Semoga
bapak ingat kata-katanya sendiri.
Oke Teman,
hari ini aku akan mencoba berbicara dengan bapak, doakan aku ya.
Atika Rahma
Attahrim 6
Asy Syu’ara’ 176-191
No comments:
Post a Comment