Thursday 30 August 2012

Korupsi Ga Berhubungan dengan Pendidikan, Masa Sih?


Korupsi Ga Berhubungan dengan Pendidikan, Masa Sih?

Anggaran pendidikan tahun 2012 sebesar 289,957 triliun rupiah atau 20,2 persen dari total belanja negara yang mencapai angka sekitar 1400 triliun rupiah. Dua puluh persen uang rakyat untuk pendidikan tentu bukan hanya semata-mata untuk menjalankan amanah sesuai yang tertuang dalam pasal 31 ayat 4 UUD 1945. Ada suatu harapan yang besar dari bangsa Indonesia kepada dunia pendidikan karena dari itulah masa depan negara Indonesia sangat ditentukan. Bangsa Indonesia tentunya mengharapkan agar dari dunia pendidikan ini lahir orang-orang yang mampu membawa perubahan menuju ke arah yang lebih baik lagi.
Kaitannya dengan kasus korupsi yang banyak bermunculan akhir-akhir ini, sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih belum bisa menghasilkan output yang anti korupsi entah karena warisan masa lalu atau karena kementerian pendidikan dan kebudayaan yang lama dalam melakukan perubahan.
Orang yang melakukan korupsi merupakan sedikit gambaran hasil dari sistem pendidikan di saat ini. Maksudnya sistem pendidikan di Indonesia saat ini belum bisa melahirkan orang-orang yang memiliki karakter yang baik sesuai dengan jati diri dan kepribadian bangsa. Misalnya saja ketika ada lampu merah seharusnya kendaraan berhenti dengan tidak boleh melewati garis batas, namun kenyataannya di Jakarta masih banyak kendaraan yang melewati garis batas, sehingga menghalangi laju kendaraan dari arah yang lain. Di Jepang ketika orang berada di dalam kereta sedang tertidur, barang-barang berharga yang dibawanya aman, tidak ada orang yang mengambil. Berkebalikan di Indonesia, ketika berada di dalam kereta bahkan dalam keadaan sadar dan waspada pun barang yang dibawanya bisa diambil orang. Contoh lain yang pernah penulis amati adalah kantin kejujuran. Ada beberapa sekolah yang menerapkan kantin kejujuran, namun faktanya ada yang mengalami kerugian hampir setiap hari karena beberapa siswa membeli sesuatu di kantin kejujuran, tetapi membayar uang lebih sedikit dari yang seharusnya. Contoh di atas masih mencakup golongan bawah. Bagaimana kalau mereka adalah para pejabat, mungkin yang diambil adalah uang rakyat. Semoga tidak.
Hal ini telah terjadi bertahun-tahun dan mengapa kementerian pendidikan dan kebudayaan tidak dengan cepat melakukan perubahan. Siswa saat ini terlalu dipaksa untuk menguasai sekian banyaknya mata pelajaran (penulis rata-rata mengalami 14 mata pelajaran sejak SMP hingga SMA) dengan target harus mendapatkan nilai yang baik ketika ulangan atau ujian, sehingga jalan pintas yang banyak ditempuh oleh para siswa adalah dengan menyontek. Ini kan sama saja mendidik siswa berbuat korup secara tidak langsung. Ketika nilai yang didapatkan masih kurang, guru menarik-narik nilai para siswa menjadi lebih tinggi. Hal ini harus dilakukan perubahan. Mengapa tidak dilakukan saja pengurangan terhadap jumlah mata pelajaran dan penurunan tingkat materi yang harus dikuasai agar tidak sulit. Dengan demikian siswa dapat belajar dengan senang, tidak menyontek saat ulangan, dan guru pun lebih bersikap objektif dalam memberikan nilai. Selain itu, pendidikan saat ini juga tidak boleh mengutamakan pendidikan sekuler yang  hanya berorientasi pada mata pelajaran semata. Pendidikan mengenai budi pekerti juga harus ditambah terutama pada pendidikan agama yang saat ini dirasa masih kurang jam pelajarannya. Pelajaran agama juga jangan hanya mengutamakan penguasaan materi, tetapi harus melihat sisi praktiknya dalam kehidupan sehari-hari.
Harapan penulis adalah kementerian pendidikan dan kebudayaan melakukan evaluasi terhadap kekurangan yang masih ada saat ini dan memperbaikinya, sehingga output dari dunia pendidikan bisa menghasilkan generasi yang berkualitas baik dari sisi intelektual, budi pekerti, dan spiritual serta yang lebih penting lagi adalah memiliki jiwa anti korupsi.

Satrio Pandoyo

Wednesday 29 August 2012

KORUPSI ITU KOTOR DAN USANG BAK PENCURI YANG SISTEMIK


KORUPSI ITU KOTOR DAN USANG BAK PENCURI YANG SISTEMIK
Oleh Wiyogo Dwijo Cahyono

Satu kata yang sering kita dengar di dalam kehidupan bermasyarakat, korupsi. Kata ini merupakan kata yang begitu familiar baik dari kalangan bawah, menengah maupun atas. Penulis sendiri pertama kali mendengar kata tersebut saat masih duduk di bangu kelas 2 SD, yang kala itu media begitu gencar menyoroti kasus korupsi sistemik dari keluarga cendana. Dalam artikel ini, ada beberapa poin yang akan penulis jabarkan mengenai korupsi.

Menurut penulis, korupsi dapat digolongkan menjadi perbuatan dzalim. Apa itu dzalim? Dzalim merupakan perbuatan yang menempatkan sesuatu tidak berdasarkan tempatnya. Sudah jelas bukan, bahwa korupsi memang menempatkan sesuatu tidak berdasarkan tempatnya, yaitu mengambil hak orang lain yang bukan menjadi milik kita, dan hak tersebut direbut tanpa sepengetahuan si empunya.

Korupsi itu dosa menurut semua agama. Banyak dosa yang ditimbulkan dari tindakan korupsi, diantaranya adalah dosa karena mengambil hak orang lain, dosa karena memanfaatkan hak orang lain, dosa karena mengunakan barang yang haram, dan dosa yang mencakup beberapa aspek. Tahukan engkau bahwa hasil korupsi membawa ke-mudharatan tidak hanya bagi si koruptor, tetapi juga bagi anak istrinya yang ia beri nafkah dari hasil korupsi? Tahukah engkau bahwa nafkah yang engkau berikan kepada anak istrimu akan tumbuh menjadi daging haram yang siap dimakan oleh api neraka? Tahuah engkau bahwa harta dari hasil korupsi hanya akan sia-sia tanpa berkah? Semoga engkau sekarang sudah tahu.

Dari pemaparan sebelumnya, sudah dapat disimpulkan bahwa korupsi itu kotor, korupsi itu usang, korupsi itu digemari bak pencuri yang sistemik yang mempunyai berbagai cara dan trik demi tercapainya tujuan materil semata tanpa mempedulikan dosa dan akibat selanjutnya. Ya, saya menjabarkan korupsi identik dengan kotor, usang, bak pencuri yang sistemik. Pertama, kotor karena perbuatan korupsi jelas sangat tercela dan keji, misalkan orang yang korupsi menilep uang, maka sudah jelas perbuatan cara mendapatkan uang tersebut kotor. Kedua, usang karena  sudah jelas itu merugikan banyak pihak dan hal tersebut menodai norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat, mulai dari norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, maupun norma hukum. Terakhir, bak pencuri yang sistemik, istilah tersebut sangat cocok dengan ‘gelar koruptor’ karena para koruptor sudah pasti dikategorikan sebagai pencuri, nah pencuri ini mempunyai seribu satu cara dan trik yang jitu demi mendapatkan sesuatu yang mereka idam-idamkan, misalkan uang, jabatan, dan sebagainya.

Apa saja penyebab korupsi? Menurut penulis, ada dua penyebab terjadinya korupsi. Pertama, dari dalam diri sendiri. Kenapa bisa demikian? Diri sendiri merupakan hal yang paling berpengaruh dalam segala tindakan. Dari dalam diri sendiri juga terdapat niat, terdapat kadar keimanan dan ketaqwaan, dan terdapat motivasi bertindak. Jika dari dalam diri sendiri terdapat niat yang buruk, bukan tidak mungkin kasus korupsi akan terjadi, jika kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala sangat renggang, bukan tidak mungkin kasus korupsi akan terjadi, dan jika dari motivasi diri sendiri sudah terdapat keinginan berkorupsi, bukan tidak mungkin hal tersebut juga akan terjadi. Kedua, dari luar diri sendiri. Maksud penulis disini adalah adanya lingkungan dan kesempatan yang berperan dalam berkorupsi. Bagaimana tidak, orang baik yang terdapat di lingkungan buruk jika ia tidak bisa memegang teguh idealisnya bukan tidak mungkin lambat laun ia akan terpengaruh dengan lingkungan tersebut. Selain itu, dengan adanya kesempatan berkorupsi, sangat besar kemungkinan seseorang akan melakukan tindakan korupsi.

Bagaimana cara kita untuk membentengi diri dari perilaku korupsi? Menurut penulis, juga terdapat dua cara. Pertama, upgrade diri sendiri. Perbaikilah diri sendiri. Tambah kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wata’ala, berniat tidak ingin melakukan korupsi, pegang teguh idealis anti korupsi, dan tumbuhkan di dalam diri motivasi untuk memberantas korupsi. Kedua, perbaki lingkungan agar kondusif dan nyaman untuk tidak berkorupsi. Berikan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak melakukan korupsi, mulai dari saudara dan keluarga sendiri, tetangga, dan warga sekitar. Insya Allah dengan cara tersebut mudah-mudahan kasus korupsi sedikit demi sedikit akan berkurang. Ingatlah pesan bang napi, kejahatan terjadi bukan karena niat saja, tetapi juga karena ada kesempatan. Begitu juga dengan korupsi, korupsi terjadi bukan karena niat saja, tetapi juga karena ada kesempatan. WASPADALAH! WASPADALAH! WASPADALAH! SALAM ANTI KORUPSI!

Friday 24 August 2012

Kami Perlu Kamu untuk Menjadi Kita


Kami Perlu Kamu untuk Menjadi Kita

Keberadaan Spesialisasi Anti Korupsi (SPEAK) STAN ibarat oase di tengah padang pasir. Di tengah gencarnya kaitan antara beberapa alumnus almamater STAN dengan kasus tindak pidana korupsi, SPEAK STAN seolah menjadi penyegar yang menandakan bahwa anak STAN tidak pernah diajarkan untuk korupsi. Salah satu elemen kampus ini seolah meneriakkan bahwa sebenarnya malah ada gerakan perlawanan terhadap segala bentuk korupsi di kampus ini.

Ketika saya masuk STAN, saat itu sedang ramai orang membicarakan kasus Gayus. Sialnya, salah satu yang disorot karena kasus ini adalah kampus STAN sebagai tempat Gayus pernah menimba ilmu sehingga dapat menjadi seorang pegawai pajak. Media seolah-olah melabeli kampus ini sebagai kampus pencetak koruptor. Ketika itu, saya (dan juga kebanyakan mahasiswa STAN lainnya) selalu dikait-kaitkan dengan Gayus, disebut adik kelas Gayus, calon penerus Gayus, jangan jadi Gayus, dan lain-lain oleh keluarga, kerabat, ataupun kenalan. Walaupun mungkin maksudnya bergurau, hal ini tentunya sedikit membuat sebagian dari kami merasa tidak enak, kesal, jengah, karena dikait-kaitkan dengan koruptor. Keberadaan SPEAK yang baru saya ketahui setelah diterima di STAN, sedikit memberikan semacam perlawanan terhadap semua tudingan negatif yang ditujukan ke kampus ini. Adanya komunitas anti korupsi di kampus ini seolah ingin membuktikan bahwa semua tudingan negatif tadi salah, bahwa anak STAN tidak pernah diajari untuk korupsi, tetapi malah memiliki suatu gerakan melawan korupsi itu sendiri.

Keberadaan SPEAK STAN pada kenyataannya tidak melulu menjadi kebanggaan bagi warga STAN. Saya masih melihat, mendengar, merasakan selentingan-selentingan miring, skeptis terhadap komunitas anti korupsi ini. Bahkan dulu saya termasuk ke dalam golongan orang-orang yang meragukan komunitas ini. Acara SPEAK yang pertama diadakan saat saya tingkat 1, saya ikuti dengan antusias. Namun, setelah beberapa lama berinteraksi di kampus, saya mulai skeptis dengan SPEAK. Saya merasa SPEAK hanya dijadikan tameng dari segala tuduhan berbau korupsi di atas, SPEAK hanya bisa sepik. Saya tidak merasakan efek dari adanya SPEAK di kampus ini. Bahkan setelah bergabung dengan SPEAK, saya masih merasa SPEAK belumlah sebagaimana SPEAK yang seharusnya. SPEAK masih belum maksimal.

Lantas mengapa saya bergabung dengan SPEAK? Hal ini yang ingin saya sampaikan kepada kamu yang belum bergabung, belum selaras pikirannya dengan kami dalam menumbuhkan semangat anti korupsi. Apakah saya dulu yang skeptis terhadap SPEAK lebih baik daripada anggota SPEAK? Tidak. Mereka berjuang, mencoba mengobarkan semangat anti korupsi, sementara saya hanya mencibir dan mengkritisi dari belakang. Padahal apa yang mereka perjuangkan merupakan sesuatu yang baik, tetapi biasanya yang skeptis ini malah suuzon duluan. Bagaimana korupsi bisa hilang jika masih ada negative thinking terhadap penggiat anti korupsi? Allah bagaimana persangkaan hambanya, sob. Selain itu, orang yang berkoar-koar meneriakkan anti korupsi juga sudah diancam oleh ayat Allah, yang disampaikan oleh tulisan Ruli Firmansyah ( http://speakstan-speakarts.blogspot.com/2012/08/67-tahun-harus-tambah-berintegritas-donk.html ). Bahkan, terkadang saya skeptis terhadap orang yang skeptis, karena jika menggunakan definisi korupsi yang luas saya yakin 90% lebih orang di Indonesia pernah korupsi. Jadi, daripada saling men-skeptis-kan satu sama lain yang tak akan ada habisnya, lebih baik kita bahu-membahu melawan korupsi. Jika semua orang melawan korupsi, maka korupsi akan hilang.

SPEAK bukannya anti kritik. SPEAK butuh kritik yang membangun, yang disampaikan, bukan sejenis kritik #nomention. Seperti yang saya utarakan di atas, SPEAK belumlah maksimal. Kami butuh dukungan kamu, dorongan kamu, yang mungkin saat ini masih apatis, yang mungkin saat ini masih skeptis, untuk bersama-sama menebarkan semangat anti korupsi. Kami perlu kamu untuk menjadi kita, karena sesungguhnya yang bisa mengalahkan korupsi bukanlah kami, tetapi kita.

Salam,
Muhammad Ramdhan Ibadi

Wednesday 22 August 2012

Timbangan


Timbangan

Liburanku kali ini benar-benar berbeda dari yang sebelumnya, karena ada sebuah misi yang harus sukses, misi untuk bapak. Supaya beliau tidak korupsi! Ehm, beliau bukan koruptor sungguhan yang duduk sopan penuh wibawa dan kebusukan yang rajin menyalahgunakan kekuasaan, bukan, tapi menurutku ini ya semacam korupsi juga. Sebenarnya aku benci ini, beliau yang hampir setiap hari berbusa-busa menasehatiku agar tidak korupsi, atau dulu menentangku habis-habisan untuk masuk sekolah kedinasan hanya karena takut kalau aku ketularan jadi koruptor, adalah pelaku korupsi!  Lantas apa yang dia kerjakan? Atau apa pekerjaannya? Hanya pedagang Teman, pemilik toko kelontong satu-satunya di desaku yang jauh lagi minim sinyal ini.


Sebenarnya ini hanya masalah timbangan (hanya?). Timbangan di toko bapak tidak pernah seimbang, secara kasat mata meman  seimbang, tapi kami sekeluarga tahu, itu bukan seimbang yang sebenarnya. Di bawah tempat untuk benda yang ditimbang itu ada ganjalannya yang sedikit memberatkan, jadi benda yang ditimbang pasti menjadi lebih sedikit. Kalian pasti tahu hal ini jelas dilarang, apalagi oleh agama. Keluargaku juga, aku, ibu dan kakak, tapi tidak bagi bapak. Ibu sudah sangat sering mengingatkan beliau bahkan dengan berbagai cara dari cerita nabi Syuaib sampai kuburan yang sempit,  tapi menurut bapak ini adalah hal yang dapat dimaklumi. Kakak juga sama sudah seperti kompetisi debat internasional saja jika mereka sedang berargumen, hasilnya? Seri. Aku? Tentu saja tahu ini tidak boleh, namun diam memang lebih asik, ibu yang sudah bersama bapak bahkan sebelum aku hadir saja tidak ditanggapi, apalagi aku kan?

Itu dulu, sebelum aku sadar bahwa diam saja tidak cukup. Kata orang surga itu terlalu luas untuk dihuni seorang diri. Kata penceramah terawih tempo hari kita harus memelihara diri sendiri dan keluarga dari neraka, katanya lagi itu bukan kata-katanya Sob, itu ada di kitab suci. Dengarnya pertama kali agak begidik juga, berarti selama ini kalau kita diam, belum menjaga keluarga dong ya? Maka dari itu Sob, aku berusaha untuk ini.

Terkadang ingat dongeng ibuku tentang nabi Syuaib. Salah satu dosa kaumnya adalah mengurangi timbangan, dan mereka sekarang sudah tinggal cerita. Lenyap, dimusnahkan.”... Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa mereka dengan serta-merta”, begitu cerita ibu. Setelah mendengar cerita ini aku tak berani tidur sendiri di kamar Sob, takut langit runtuh. Kenapa bapak tidak mempan dengan cerita ini? Kata beliau,”itu kan satu kaum kalau bapak kan hanya satu orang, lagi pula bapak kan beriman tidak seperti kaum nabi Syuaib.”
Menurut kalian?

Pernah aku bertanya tentang seorang tersangka kasus korupsi yang kemenakan tetangga kami. Hanya sekadar bertanya lo ya, belum menyinggung soal timbangan, malah aku yang kena ceramahnya. Panjang nan lebar, ujung-ujungnya..
“Bapak tahu, keponakannya pak lurah yang kerja di kota itu masuk penjara?”
“Ya jelas tahu, gara-gara korupsi tho?
Kamu jangan begitu ya, mentang-mentang adek kelas Gayus nanti mau jadi kayak Gayus juga, seharusnya kalian itu sebagai adek-adek kelasnya gayus yang harus berada di garda depan untuk membasmi korupsi. Korupsi itu dosa Le, mengambil hak yang bukan miliknya, hak orang lain. Kalau kamu sampai korupsi, bapak yang pertama kali melaporkanmu ke KPK. Mendingan dari dulu kamu itu sekolah di dekat sini saja tho, sambil meneruskan bisnis keluarga kita ini daripada sekolahmu sekarang yang serba ndak jelas itu.”

Agak grogi juga sebenarnya karena hampir semua cerita dan argumen selalu berhasil beliau patahkan, semoga pendekatan anti korupsi ini bisa berhasil. Menurut om Wiki dalam arti yang luas, korupsi (atau korupsi politis) adalah penyalahgunaan jabatan (resmi) untuk keuntungan pribadi. Sejauh aku bisa mengingat, bapak pernah mengatakan ini ketika berargumen dengan kakak tempo hari,”Untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya, kita harus memanfaatkan keberadaan toko kita yang saat ini hanya satu-satunya disini Ri, kita tak tahu kapan akan muncul pesaing, selagi bisa Ri”, cocok bukan dengan defenisi Om Wiki? Semoga bapak ingat kata-katanya sendiri.

Oke Teman, hari ini aku akan mencoba berbicara dengan bapak, doakan aku ya. 


Atika Rahma
Attahrim 6
Asy Syu’ara’ 176-191

Saturday 18 August 2012

Surat Sahabat


Surat Sahabat


 Jogjakarta, 18 Agustus 2012

Sahabat..
            Sahabat apa kabarmu?? Sudah lama tak berjumpa.. Apa yang kau rasakan sekarang??? Akankah kau juga merasa geram dengan semua kebohongan ini??
            Sahabat apa kau ingat?? Kemarin tepat 67 tahun negeri ini bebas dari penjajahan.. maksudku tepat 67 tahun negeri ini menyatakan merdeka. Sudah cukup lama bukan?? Cukup lama juga untuk membuat kita lupa betapa dahulu keringat dan darah dipertaruhkan untuk memerdekakan bangsa ini..
            Sahabat apa yang sudah kau lakukan untuk bangsa ini?? Apa yang sudah kau lakukan untuk bangsa ini?? Seberapa sering kita berdoa untuk bangsa ini?? Akupun belum sahabat..
            Setiap kali kutengok televisi yang keluar selalu saja berita tentang criminal dan kejahatan seakan-akan penegak keadilan tak mempunyai kekuatan, pembagian zakat dan sembako yang berdesak-desakan, kemacetan hingga kecelakaan lalu-lintas, puluhan koruptor yang mendapat remisi belum lagi yang kasusnya tidak terselesaikan bahkan tidak ketahuan, anak-anak putus sekolah.. Sahabat aku takut negeri yang kucintai ini menjadi failed country seperti yang pernah dikatan seorang ahli negara beberapa waktu yang lalu..
            Sahabat apa yang akan kita lakukan jika negara ini benar-benar hancur..?? aku takut sahabat..  Sebanarnya apa yang salah?? Siapa yang salah.. Bagaimana cara memperbaikinya??
            Sahabat maukah kau berjanji untuk melakukan yang terbaik untuk bangsa ini?? Maukah kau berjanji agar tidak membuat bangsa ini menangis lagi?? Maukah kau berjanji untuk selalu berdiri tegak dan tersenyum untuk tanah air kita??
            Semoga esok lebih baik sahabat….:-)

Integritas: Controlling yourself like a boss.


Integritas: Controlling yourself like a boss.

He who conquers others is strong; He who conquers himself is mighty.
He who controls others may be powerful, but he who has mastered himself is mightier still.
– Lao Tzu.

                Lao Tzu, seorang ahli filsafat yang juga merupakan pendiri aliran Taoisme menekankan betapa pentingnya agar seseorang dapat  menguasai dirinya sendiri. Betapapun besarnya kekuatan dan kekuasaan yang dia miliki, sesungguhnya orang yang paling kuat adalah orang yang mampu mengontrol dirinya sendiri, wise words from indeed a wise man.
                Self-control diartikan sebagai kemampuan seorang individu untuk mengendalikan emosi, kelakuan, dan keinginannya demi meraih suatu penghargaan atau menghindari hukuman. Suatu hal yang terdengar mudah namun sesungguhnya sangat sulit untuk dilakukan, terlebih lagi dipertahankan.
                Kegagalan seorang manusia untuk mengendalikan dirinya sendiri dapat menjerumuskannya ke dalam permasalahan besar. Kegagalan pertama manusia untuk mengendalikan dirinya sendiri adalah ketika Nabi Adam dan Ibu Hawa melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah khuldi, sehingga Allah megusir keduanya dari surga dan menurunkannya ke dunia.
                Lalu, apakah kaitannya antara self-control dengan integritas?
                Integritas adalah suatu konsep konsistensi dan keteguhan, dimana seseorang dapat berbicara, bertindak dan berlaku sesuai dengan hati nuraninya, keyakinan, kode etik, dan nilai-nilai luhur. Sehingga apabila diumpamakan integritas tersebut  adalah suatu kondisi ideal yang ingin dituju, maka self-control merupakan  alat, senjata dan juga perisai yang dapat kita gunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
                Mengendalikan diri sendiri, merupakan tugas yang sangat sulit, karena kita akan terus-menerus dihadapkan pada tekanan dan pengaruh baik dari lingkungan sekitar maupun dari diri kita sendiri. Pengaruh lingkungan dapat berupa konflik kepentingan dengan pihak lain, tekanan pekerjaan, maupun pengaruh dari orang-orang terdekat kita. Sedangkan dari diri kita sendiri dapat berupa rasa malas, enggan, kurangnya disiplin, serta lemahnya determinasi. One doesn’t simply controlling itself without facing any problem.
                Namun betapapun sulitnya self-control tersebut, saya percaya bahwa kita semua dapat melakukannya dan Insya Allah mempertahankannya. Mungkin teman-teman semua sudah seringkali mendengar maupun membaca pernyataan berikut ini -mulailah dari hal yang kecil, dari dirimu sendiri, dan dari sekarang juga. Suatu pernyataan yang sederhana namun sangat mengena. Sesungguhnya hal yang besar pun berawal dari hal-hal kecil yang dijaga secara konsisten. Demikian pula dengan self-control, kunci keberhasilannya adalah tingkat determinasi dan konsistensi kita terhadap komitmen untuk mengendalikan diri kita sendiri.
                Contoh sederhananya adalah kehidupan kita sehari-hari dan juga kewajiban kita sebagai mahasiswa. Sudahkah kita mendahulukan untuk menunaikan kewajiban kita sebelum menuntut hak kita? Apakah kita sudah belajar sesuai dengan kewajiban dan kebutuhan kita?
                Pada akhirnya, hanya kita sendirilah yang dapat mengendalikan diri kita dan menentukan seberapa besar usaha kita.  Insya Allah kita akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan apa yang telah diusahakan. We get nothing more than we deserve.
                Akhir kata, semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari tulisan sederhana ini, bisa menjadi insan manusia yang lebih baik lagi kedepannya, yang bisa mengendalikan diri sendiri, dan menjadi individu yang berintegritas tinggi, sekali lagi Insya Allah.
                Oh dan satu lagi, bagi teman-teman yang percaya pada momentum, a new start, atau hal-hal yang sejenis dengan itu, sesungguhnya hari raya idul fitri ini merupakan waktu yang baik untuk membuat komitmen agar kita bisa lebih mengendalikan diri sendiri, dan bukankah kita semua sudah belajar mengendalikan diri selama sebulan penuh? I wish you the best luck.

Sincerely,
Rico Pury Avrilian

Watch your thoughts, they become words.
Watch your words, they become actions.
Watch your actions, they become habits.
Watch your habits, they become your character.
Watch your character, it becomes your destiny.
-Lao Tzu
               

               

Kaya Makin Kaya, Miskin Makin Miskin


Kaya Makin Kaya, Miskin Makin Miskin

            Kemarin kita telah memperingati Hari Ulang Tahun Indonesia tepat yang ke-67 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sudah merdeka dan bebas dari penjajahan. Namun, apakah benar begitu? Apakah saat ini Indonesia sudah sepenuhnya lepas dari penjajah?
            Dalam lingkup internasional Indonesia telah merdeka sejak diumumkannya Proklamasi Kemerdekaan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan tersebut adalah bukti usaha dan semangat juang yang tinggi dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin membuktikan bahwa Kami Telah Merdeka dan Kami Memang Pantas Untuk Merdeka!!!

         Sekarang kita melihat dalam lingkup nasional, yaitu menilai Indonesia dari dalam Indonesia sendiri. Indonesia adalah negara yang kaya raya. Kaya akan budayanya, kaya akan bahasanya, kaya akan sumber daya alamnya, dan masih banyak lagi kekayaan lainnya. Yang paling buruk, Indonesia juga kaya akan koruptornya. Terdengar konyol kalau kita punya kekayaan tetapi untuk di korupsi. Jelas negara akan sangat rugi. Jika kondisinya seperti ini, Indonesia tidak akan bisa maju.
Banyak berita yang menayangkan banyaknya pejabat yang melakukan korupsi. Mereka-mereka adalah orang yang terlalu serakah dan kurang bersyukur. Padahal kalau dibandingkan dengan buruh tani, dari segi penghasilan jelas lebih besar pejabat. Sangat disayangkan jika mereka tetap melakukan korupsi dengan penghasilan yang seperti itu. Keadaan ini hanya akan memperlebar jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. “Yang Kaya Akan Semakin Kaya, dan Yang Miskin pun Akan Semakin Miskin.” Dari sini, apabila kita ternyata Indonesia masih seperti itu, belum sepenuhnya merdeka.
Ø Bagaimana bisa rakyat hidup sejahtera, kalau yang kaya hanya memikirkan diri sendiri dan mulai tidak peduli.
Ø Bagaimana mungkin rakyat bisa bangga, kalau yang punya wewenang justru sewenang-wenang.
Ø Dan bagaimana jadinya sebuah negara, kalau sebuah larangan mulai menjadi tujuan.
Kita semua adalah generasi muda bangsa. Saatnya kita beraksi untuk negeri ini. Jangan pernah menunggu orang lain untuk memulai, karena perubahan itu bukan berawal dari orang lain, tetapi berawal dari diri kita sendiri. MERDEKA…INDONESIA !!!

-  Zainul Abidin -

Thursday 16 August 2012

OLEH-OLEH MUDIK: Antara Korupsi dan Integritas


OLEH-OLEH MUDIK:  Antara Korupsi dan Integritas
Oleh : Vika Widyaningrum

Selalu ada dua sisi kehidupan yang bakal kita jumpai, kaya-miskin, baik-buruk, tua-muda, laki-perempuan, ataupun untuk kata sifat seperti:  loyalitas dan penghianatan. Pada tulisan kali ini, kita akan kupas tuntas tentang dua suku kata yang kontradiktif: loyalitas dan penghianatan.
Integritas merupakan salah satu contoh dari sebuah loyalitas. Dan korupsi merupakan sebuah contoh dari penghianatan. Kenapa saya sebut sebagai penghianatan? Korupsi berarti pengingkaran janji pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, ataupun bangsa dan negara. Pengingkaran janji tak ubahnya adalah penghianatan. Korupsi berarti menodai kesucian hati, meracuni darah daging sendiri, mengambil hak-hak orang lain, dan dalam sebutan ekstrim : membunuh ibu pertiwi secara perlahan-lahan.
Dalam satu waktu saya disuguhi oleh praktek integritas dan korupsi yang dilakukan dalam kelembagaan yang sama oleh oknum yang secara tidak langsung bersinggugan cukup dekat. Tepatnya saat perjalanan mudik via kereta api beberapa waktu lalu. Begini ulasan ceritanya:
Selang setengah jam keberangkatan KA dari stasiun Pasar Senen, kondektur ditemani dua orang polisi kereta berkeliling memeriksa karcis penumpang. Tibalah mereka pada lokasi dimana saya duduk. Semua berjalan normal, belum ada sesuatu yang  ganjil, sampai akhirnya salah seorang penumpang yang duduk tepat berhadapan dengan saya menyerahkan tiket perjalanannya.
Melihat harga yang tercantum dalam tarif tiket tersebut, si kondektur mengeryitkan dahi. Hanya setengah harga, tiket yang aslinya dijual 130 ribu, hanya dibeli dengan harga 65ribu saja. Rupanya penumpang tadi memanfaatkan fasilitas bagi kalangan militer yaitu pemotongan setengah harga. Si pemuda tidak dapat menunujukkan identitasnya sebagai anggota militer sebab memang bukan anggota militer. Kondektur dengan tegas  memperingatkan pemuda pemilik karcis untuk membeli tiket baru ketika tiba di Stasiun Cirebon.
Beberapa waktu kemudian, bapak kondektur nampak mondar-mandir keluar masuk gerbong dimana saya duduk. Kali ini ia sendirian tanpa kedua polisi kereta yang mengawal.  Seperti telah terjadi sebuah kesepakatan, penumpang tadi bergerak mendekati kondektur dan terjadilah transaksi antara kedua belah pihak. Transaksi damai yang menghapuskan peraturan hitam di atas putih. Iseng-iseng saya tanya pada sang pemuda, ternyata uang tutup mulut yang dikeluarkan hanya 20ribu. Demi 20ribu seseorang menggadaikan loyalitas dan integritasnya.
Ada hitam tentu ada putih. Di sisi lain, saya disuguhi potret integritas dan profesionalitas yang dijunjung tinggi. Tepat di stasiun Cirebon, kereta api berhenti lebih lama dibanding biasanya. Dari ujung pintu nampak sepasang kakek dan nenek disusul oleh petugas kereta yang sibuk membawa berkardus-kardus makanan. Kebetulan sang kakek duduk di samping saya yang kebetulan masih kosong. Mengalirlah sederet cerita dari beliau seputar perjalanannya untuk sampai di gerbong ini dan terkuaklah sebab-musabab keterlambatan kereta.
Rupanya kakek nenek ini tertinggal kereta yang kini kami tumpangi. Mensiasati hal ini, beliau menghubungi kepala stasiun Pasar Senen. Sesuai saran kepala stasiun, mereka berdua menumpang kereta berikutnya yang hanya berselang setengah jam. KA yang ditumpangi kebetulan berkelas bisnis, sementara sang kakek tertinggal kereta ekonomi, sehingga kemungkinan mengejar cukup besar. Kereta pengganti yang ditumpangi hanya melayani trayek sampai Kutoarjo sementara tujuan akhir keduanya adalah Jogjakarta.
Kepala Stasiun mengkontak masinis KA yang kini kami tumpangi untuk menunda keberangkatan ketika tiba di stasiun Cirebon.  Tak lupa kepala stasiun Pasar Senen juga menghubungi kepala stasiun. Bapak ini sangat bersyukur atas bantuan semua pihak, termasuk polisi kereta yang membantu membawakan barang-barang, petugas pemberangkatan yang menunda sampai  keduanya dipastikan duduk di bangku kereta. Ternyata karena ini kereta berhenti lama di Cirebon. Sebuah potret pelayanan yang apik dari para pejabat pelayanan publik.
Dua potret di atas terjadi di tempat yang sama dan sangat dekat dengan saya. Sebagai seorang mahasiswa yang kukuh dengan idealismenya, ada semacam protes ketika melihat praktek suap 20 ribu dan ada semacam keinginan untuk memberi penghargaan kepada kepala stasiun, masinis, maupun polisi kereta yang memegang teguh profesionalitas dan integritas. Pada kenyataannya protes itu sempat terungkap pada si pelaku, dan sempat pula terungkap lewat tulisan tetapi belum memberikan solusi nyata. Lagi-lagi penghargaan pada pemegang integritas juga belum menjadi langkah nyata. Butuh suatu keberanian dan dukungan komunitas untuk menjadikan protes-protes kecil dan penghargaan pada pemegang integritas itu menjadi sebuah langkah solutif yang nyata terlihat. Disinilah kesadaran bahwa Komunitas seperti SPEAK memang wajib ada, tidak hanya di dunia kampus, tetapi juga di dunia kerja, dunia nyata yang menawarkan realita lebih nyata tentang sebuah kehidupan. SELAMAT BERJUANG KAWANJ







Korupsi menurut tinjauan Pancasila ala mahasiswa


Korupsi  menurut tinjauan Pancasila ala mahasiswa


Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Disebut juga sebagai way of life, pandangan hidup, identitas, dll.  Intinya Pancasila adalah representasi manusia Indonesia yang seharusnya dimiliki oleh masing-masing individu baik dari kalangan birokrat, sipil maupun militer. Inilah pemikiran para pendiri bangsa, beliau-beliau ingin menciptakan suatu pandangan yang mampu mengarahkan bangsa ini kepada cita-cita nasional yang tertuang dalam konstitusi kita tanpa menyinggung satu unsur sara, bersatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi merupakan tindakan yang melanggar hukum demi memperkaya diri sendiri atau kelompok dan merugikan keuangan negara. Sangat jauh dari apa yang diajarkan Pancasila. Korupsi berpotensi menggagalkan cita-cita nasional.
Sila pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, menuntut semua warga negara Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk mencuri, berbuat tidak adil, berbohong, serakah, justru agama dan kepercayaan yang ada di nusantara mengajarkan sikap jujur dan malu untuk berbuat sesuatu yang keji. Dapat dikatakan korupsi menjadi suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok yang tidak dekat dengan ajaran agama maupun kepercayaannya. Hendaknya sikap taqwa inilah yang mengilhami seluruh kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, percaya bahwa ada sesuatu yang besar yang mengawasi kita yaitu Tuhan YME.
Sila kedua berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila ini membimbing kita sebagai bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. Tindakan korupsi membuktikan bahwa seseorang atau kelompok tersebut hanya ingin mementingkan keinginan pribadi tanpa memperhatikan kepentingan bangsa dan negara. Dengan mengorbankan kepentingan negara maka akan terjadi ketimpangan dalam kehidupan bernegara, ketidakadilan dan terdapat sebagian hak-hak yang tidak terpenuhi. Pancasila mengajarkan pada kita bahwa kita sepantasnya menumbuhkan rasa kemanusiaan kita, memperlakukan semua manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan YME, mengakui bahwa ada persamaan hak dan kewajiban tanpa perbedaan dan berani menegakkan kebenaran. Jangan kita biarkan korupsi menghancurkan nilai-nilai ini. Tegakkan kebenaran dan keadilan agar tumbuh sebuah harmoni, saling mencintai, dan ketertiban.
Sila ketiga berbunyi Persatuan Indonesia. Sebagai manusia Indonesia kita harus mampu menem-patkan persatuan, kesatuan serta kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan. Korupsi melanggar nilai-nilai persatuan yang sudah dimiliki bangsa ini sejak jaman peradaban kerajaan. Sebagai manusia Indonesia yang memiliki amanah sudah menjadi kewajiban untuk menjalankan tugas yang diberikan negara bukan mempermainkan tanggung jawab demi memperkaya ataupun memperoleh kenikmatan tanpa memikirkan yang lain. Sekecil apapun tindakan korupsi itu jika bukan mengedepankan kepentingan negara, akan ada potensi perpecahan baik ditingkat lembaga, wilayah daerah maupun nasional. Pemberantasan korupsi seharusnya adalah upaya tegas berbentuk persatuan lembaga-lembaga penegak hukum, anggota masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian akan terjadi percepatan dalam mewujudkan Indonesia bebas korupsi yang dicita-citakan setiap manusia sesuai fitrahnya.
Sila keempat berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawa-ratan Perwakilan. Dalam upaya pemberantasan korupsi ataupun penegakkan hukum atas tindakannya keputusan yang diambil harus mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Dalam hal ini Pancasila mengajarkan seluruh bangsa Indonesia untuk memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melakukan permusyawaratan artinya tidak perlu dibutuhkan semua elemen bangsa ini dapat mengatasi masalah apapun dalam menghadapi masalah nasional termasuk korupsi. Musyawarah adalah ciri khas bangsa Indonesia dalam memutuskan masalah hingga mencapai kemufakatan diliputi semangat kekeluargaan. Semua itu harus dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang jujur. Dan juga keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan YME.
Sila kelima berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila ini mengajarkan kepada kita untuk tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah, pelanggaran terhadap kepentingan umum maupun untuk usaha bersifat pemerasan kepada orang lain. Meskipun segala sesuatu yang kita gunakan adalah hak milik kita pribadi namun Pancasila mengajarkan kepada bangsa Indonesia mengembangkan perbuatan luhur dilandasi sikap dan suasana kekeluargaan dan adil kepada sesama. Berbagi dengan lapisan masyarakat ekonomi terbatas merupakan sikap yang mencerminkan sila ini dan akan jauh dari korupsi. Keterbutuhan orang terhadap kekayaan dengan dorongan kepentingan pribadi berpotensi menciptakan lingkungan korup di sektor manapun. Korupsi membuat produktivitas sumber daya manusia Indonesia menurun bahkan merugikan negara, sangat jauh dari sikap Pancasilais yang suka bekerja keras dan memberikan pertolongan kepada sesama.
Kita mungkin menganggap membahas sesuatu dari Pancasila terdengar atau terlihat klise, tapi inilah nilai-nilai luhur bangsa kita yang harus kita pegang teguh sebagai pengabdian tiada henti untuk kejayaan negeri ini dan sebagai penghormatan untuk para pahlawan dan pendiri bangsa yang telah merumuskan suatu formula untuk mencapai Indonesia yang kita cita-citakan. Dirgahayu Republik Indonesia ke-67! Merdekakan Indonesia dari Korupsi, Hidup Mahasiswa!

Choirul Roziqin


67 Tahun, harus tambah berintegritas donk!


67 Tahun, harus tambah berintegritas donk!
Oleh : Ruli Firmansyah, Pendidikan

Berbicara mengenai integritas, tentu sering kita dengar. Begitu juga dengan pengertiaannya apakah itu secara bahasa maupun secara istilah. Akan tetapi disini saya akan mencoba untuk membawa para pembaca semua kepada suatu pedoman yang mengurusi mengenai seluruh alam semesta ini (Al Qur’an). Yang mana didalamnya berisi aturan aturan yang diwahyukan kepada orang yang paling Mulai, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Didalam Al Qur’an dalam surat As Saff (61) ayat  1 – 4 yang artinya
(1) Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (2) Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (4)Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Ya, itulah integritas, dari sudut penulis yang diambil dari Qur’an Surat As Saff (surat ke 61) ayat 2 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?”
Dalam ayat tersebut integritas berarti melakukan apa yang ia katakan dengan dasar Iman.
Jadi Imanlah yang paling utama sebelum berintegritas.

Kemudian akan muncul pertanyaan, bagaimana jika kita tidak berintegritas atau saya katakan “Malas berintegritas” ?
maka ayat ketiga ini menjawab pertanyaan tersebut “ Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”

Yu, Mari sama sama kita mulai berintegritas. Karena, ketika kita berbicara INTEGRITAS atau BANGSA yang BERINTEGRITAS, maka itu harus dimulai dari yang kecil dulu. Ketika kita ingin membangun atau menjadikan Negara Indonesia menjadi Negara yang Berintegritas, maka suatu Negara dibangun atas Provinsi – provinsi. Suatu Provinsi terdiri dari Kabupaten – Kabupaten / Kota. Suatu Kota terdiri dari Kecamatan – Kecamatan. SUatu Kecamatan terdiri dari Desa-Desa. Suatu Desa terdiri dari RW. RW terdiri dari RT. RT tediri dari Keluarga Keluarga. Dan Keluarga terdiri dari kita kita.

Teringat pesan AA Gym mengenai 3M. Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai Dari Sekarang. Mari kita budayakan Integritas.

Terratik dengan Ayat keempat “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

Diayat tersebut disebutkan bahwa “dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”. Ya mudah mudahan, teman teman semua khususnya yang berkampus di Sekloah Tinggi Akuntasi Negara (STAN), dengan adanya SPEAK ini (Spesialisasi Anti Korupsi STAN) menjadikan suatu wadah yang dijadikan oleh semuanya sebagai  barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh untuk memberantas KORUPSI di Negeri ini sedikit demi sedikit.

Ya, Bila bangsa Indonesia, dulu, 67 Tahun yang lalu, mereka berjuang dengan Darah, tenaga, Keringat, dan Air Mata mereka, sehingga kita bisa merdeka seperti sekarang ini, tidak ada salahnya, kita untuk berjuang menjunjung tinggi INTEGRITAS sebagai wujud untuk mengikuti apa yang ada dalam Surat As Saff ayat 1 – 4 dan sebagai wujud untuk melanjutkan perjuangan Bung Karno dkk untuk memperbaiki negeri ini.
Akhir kata, saya tutup dengan Teks Proklamasi yang begitu ditunggu ditunggu oleh rakyat Indonesia 67 tahun yang lalu.


Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

MERDEKA, MERDEKA